Posted in Syair

Ide Baru

Setelah selesai imtihan termin satu yang merepotkan, rutinitas menulis harus kembali. Harusnya sih gitu, kenyataanya satu pekan setelah imtihan selesai tapi aktivitas menulis belum mulai lagi. Akibatnya, admin sebelah yang isitiqomah update post terbaru komplain. Tanpa dia, mungkin blog ini ga bakal lanjut alias mandek.

Bolos menulis di sini bukan tanpa alasan, alasannya ada. Apa itu, ga ada ide, yap alasan basi yang semua orang pernah menemuinya. Padahal aslinya, ide sudah banyak berkeliaran di kepala hanya saja orangnya males untuk mengeluarkannya lewat kata-kata.

Jadi sebenarnya, alasan utamanya bukan ga ada ide, tapi males. Kemudian setelah kami (aku dan males) mengalami pertempuran panjang, hasil akhir mulai terlihat. Aku tak boleh kalah, tidak dari rasa males yang terus menghantuiku.

Akhirnya, aku mulai mencoba menulis sebuah konten yang mungkin bakal sedikit membebaniku. Namun aku ingin mencobanya, karena menurutku dengan konten ini aku bisa bertahan dari serangan kehabisan ide alias males. Alasan lain, karena aku menyukai konten ini.

Syair, ya aku akan menulis tentang syair. Syair bahasa Arab tepatnya, bukan puisi, sajak, apalagi pantun dalam bahasa Indonesia. Dorongan awalnya sih, hanya karena tertarik yang kemudian berujung pada suka. Harapannya, bisa membuat orang lain ikut menyukainya.

Awalnya sih ga ada ketertarikan sama sekali, bahkan bisa dibilang kesel dengan syair. Kenapa? Karena ketika lagi enak-enaknya baca buku nahwu, tiba-tiba ada dalil dari syair. Pas baca syairnya, ga paham apa maksudnya, bahkan kata-katanya banyak yang asing. Akhirnya, setiap ada syair, pasti dilongkap alias ga dibaca.

Ketika belajar nahwu dengan guru pun, kadang gurunya ngasih dalil dari syair tapi ga jelasin artinya. Sampai suatu ketika aku mencoba mengikuti dars Qotrun Nada bersama seorang syaikh. Dalam dars tersebut ada sebuah syair yang kemudian beliau jelaskan artinya. Kebetulan, syair tersebut punya arti yang bagus.

ولست براجع ما فات مني # بلهف ولا وبليت ولا لو أني

Aku bukanlah orang yang bisa mengembalikan apa yang sudah lewat. Dengan penyesalan, atau kata “Andai..”, atau kata “Jika saja aku..”

Dari situ akhirnya muncul ketertarikan, meskipun masih sering kesel ketika nemu syair. Namun, ketika ada syair yang bagus artinya, kumasukkan ke koleksi syair. Begitu terus sampai pada tahap penasaran, gimana cara membuat syair sendiri.

Denger-denger sih, buat syair ada aturannya sendiri, harus begini dan begitu. Aturan-aturan itu terkumpul dalam sebuah ilmu yang bernama Arudh. Tapi karena ga tau menahu tentang ilmu tersebut dan ga menemukan dars yang membahas ilmu itu, akhirnya penasaran hanya tinggal penasaran.

Penasaran itu pun di kemudian hari terpuaskan ketika masuk jenjang kelas 2 tsanawi. Allah pertemukan aku dengannya, sebuah mata pelajaran bernama al-Arudh wal Qowafi. Tak kusia-siakan pelajaran tersebut, kuhabiskan bukunya secepatnya. Sampai kemudian iseng-iseng membuat ‘syair’ sendiri dan berhasil membuat tiga bait. Bukan syair sih lebih tepatnya, tapi nadzhom.

Selesai membuat, senang sih iya. Tapi ga sampe satu jam kuperiksa lagi, ternyata nadzhom tadi penuh dengan cacat. Dari situ aku tahu, membuat syair memang tak mudah. Ia butuh pengetahuan yang luas tentang Nahwu, Shorof, Balaghoh, dan ilmu bahasa yang lain.

Setelah itu, aku sadar bahwa aku tak akan bisa ahli dalam syair kecuali setelah ahli dalam ilmu bahasa yang lain. Dari situ, aku tergerak untuk lebih memperdalam bahasa Arab.

Nah, itu secuil kisah yang ga penting untuk dibaca. Tulisan ini sendiri hanyalah pengantar untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Dimana di tulisan selanjutnya, aku ingin membahas nadzhom-nadzhom yang pernah kubuat. Mulai dari irob kalimatnya, wajh balaghiy-nya, wazan syairnya, dan semua yang berhubungan dengan syair tersebut.

Jangan kira, aku seorang penyair ulung yang mudah memainkan kata. Jangankan penyair ulung, penyair saja bukan. Aku masih di tingkat nadzhim, yang hanya bisa menghasilkan nadzhom tanpa bisa menyentuh perasaan pendengar. Itu pun buatnya butuh herhari-hari.

Harapannya sih, bisa istiqomah tapi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Maka doakan saja, agar diberi keistiqomahan dalam hal ini. Aku berharap dengan tulisan yang tidak berbobot ini dan tulisan-tulisan selanjutnya bisa memberi manfaat dan dicatat sebagai amal soleh.

Author:

Kenapa keledai terperosok di lubang yang sama dua kali? Karena dia keledai.

Leave a comment